Sabtu, 10 Oktober 2009

ADA APA DENGAN BATIK INDONESIA?



Sebelumnya, Saya ingin jelaskan bahwa sebenarnya Saya bukan penikmat batik sejati dan juga bukan seseorang yang tergila- gila dengan pakaian yang memiliki corak dasar mirip tumbuhan pakis tersebut, tapi sejak hangat-hangatnya orang Indonesia Membahas tentang batik baik koran, tv, internet (khususnya Facebook), niat “gila” ini pun muncul; ikut memakai batik pada tanggal 2 Oktober
Sobat SW pasti sudah tahu di hari itu sebagian besar pegawai pemerintah dari tingkat atas sampai tingkat RT berlomba-lomba memperlihatkan batik terbagus yang mereka miliki. Tak ketinggalan Mahasiswa Borneo dan Pelajar. yang juga sesuai anjuran rekomendasi langsung dari presiden Republik Indonesia. Bahkan salahsatu Situs Porno terbesar di Indonesia juga memasang iklan di beberapa situs menganjurkan memakai batik dengan memperlihatkan model seksi mereka yang memakai pakaian dalam bercorak batik. Wouw!!

Sejak saat itu rasa ingin tahukupun semakin besar ingin mengetahui sejarah batik dan perkembangannya. Sangat panjang dan tidak mungkin saya jelaskan disini. (Untuk lebih tahu sejarah dan perkembangannya klik blog kesayangan saya), hasilnya saya mengerti bahwa, menjaga eksistensi batik Indonesia bukan hanya dengan tujuan menjaga peninggalan sejarah non material yang tak ternilai harganya, bukan juga hanya untuk mempertahankan kebanggaan budaya Indonesia di mata internasional. Batik telah mengajarkan kita apa arti kesabaran, apa arti kesederhanaan, dan apa arti saling menghormati.

Perlu diketahui, Seorang pembatik memerlukan 1-2 hari untuk menghasilkan 1 lembar corak batik yang terbaik. Mampukah orang yang tidak memiliki kesabaran melakukan pekerjaan tersebut? dari zaman kerajaan hingga masa orde baru, batik merupakan symbol dari kesederhanaan. Namun sekarang sejak batik merambah ke dunia internasional. Beberapa model “tak layak”pun memakai batik dengan alasan mempertahankan budaya. Di jaman kerajaan dulu, semua orang memiliki hak menggunakan batik baik itu Raja sampai Buruh.budaya menghormati hak tersebut sampai kini dipertahankan.

Gambar diatas secara sengaja saya ambil dari kamera butut di persimpangan kampung empat dan amal ketika dalam perjalanan kekampus. Dengan sedikit usaha, lepas tangan dari stang motor, memegang kamera, Jepret! Dapat!
Lihat! Tak ada tanda-tanda kemewahan dari orang tersebut. yang ada hanyalah keuletan seorang Bapak dengan motor tuanya membawa sekarung kotoran Ayam. Dapat diprediksi bapak ini seorang petani yang ingin memupuk tanaman sayurnya. Dan tentunya pekerjaan itu membtuhkan kesabaran, melambangkan kesederhanaan dan sudah pasti, petani selalu hidup saling menghormati.
Bagaimana dengan kita sebagai Mahasiswa Borneo Yang Terhormat?
Masihkah kita hidup dengan sikap Egosentris; tidak mau belajar sabar, hidup glamour di tengah penderitaan orang lain, dan sulit untuk menghormati satu sama yang lain? Apa contohnya? Saya berani mengatakan anda bisa menjumpai contoh-contohnya disekitar kampus Universitas Borneo!Setuju?
Kalau memang benar demikian adanya, rasa sadar ini bisa menjadi cambuk untuk kita sendiri untuk menjadi lebih baik. karena menjadi orang penting memang lebih baik, tetapi yang paling penting jika anda menjadi orang yang lebih baik.
Kita boleh berbangga Indonesia telah diakui memiliki salah satu maha karya peninggalan nenek moyang kita. Tetapi apakah kita hanya mengenal batik sekedar corak aneh yang sulit dimengerti makna yang tersirat didalamnya? Jika kita belum atau tidak tau menjawab pertanyaan itu, berarti kita RUGI BESAR!


Pasir Putih Lt.02, 06 – 10- 2009, Pukul 04.00 Wita
Student of Borneo University

0 komentar: